Minggu, 22 Februari 2009

Prasangka


Seperti biasa setiap satu atau dua pekan sekali saya pergi belanja ke Surabaya untuk keperluan toko. Kebetulan saya punya toko kecil menjual buku-buku dan asesoris Islami. Untuk mengirit biaya saya selalu menggunakan sepeda motor untuk ke Surabaya. Hanya dengan bensin Rp. 10.000,- bisa pulang pergi Surabaya, itu pun bensinnya masih lebih sampai rumah. Maklum negara semakin krisis semuanya mahal termasuk ongkos angkutan.

Setelah membeli segala keperluan toko, saya pulang menuju Lamongan tempat tinggal saya. Di tengah perjalanan dekat terminal Tambak Oso Wilangun Surabaya yang juga dekat perbatasan Gresik Surabaya saya mengarahkan sepeda Honda Supra saya menuju sebuah masjid karena memang saya belum sholat Dhuhur.

Saya memarkir sepeda di tempat yang aman. Biar tidak repot, jaket saya masukkan ke jok sepeda motor. Selepas berwudhu saya menuju tempat sholat. Pada saat saya mau sholat saya melihat ada orang yang sedari tadi terus melihat sepeda motor saya. Dalam benak saya orang ini pasti berniat jahat sama sepeda motor saya. Tapi saya tenang saja karena sepeda motor saya sudah saya kunci dengan baik. Insya Allah pasti aman.

Selesai sholat saya tidak langsung pulang melainkan istirahat sebentar di teras masjid sambil tidur-tiduran. Karena memang cuaca saat itu sangat panas sekali. Saat itu saya juga masih melihat orang yang saya curigai tadi. Saya semakin yakin jika orang ini berniat tidak baik karena sedari tadi tidak beranjak dari tempatnya dan terus memandangi saya dan sepeda motor saya.

Karena rasa capek sudah hilang sesaat setelah istirahat saya langsung pulang. Tetapi saat hendak beranjak dari duduk saya, saya tidak menemukan kunci sepeda motor saya. Jelas saya lantas panik, karena kunci tersebut tidak ada duplikatnya.

Setelah sekian lama mencari di berbagai tempat, tetap tidak saya temukan. Lantas saya mencoba bertanya kepada orang di sekitar masjid untuk menanyakan barangkali melihat atau menemukan kunci sepeda motor yang saya maksud. Semua yang saya tanya mengaku tidak melihat atau menemukannya. Tinggal satu orang yang belum saya tanya yakni orang yang sedari tadi saya “curigai”.

Pertanyaan yang sama saya lontarkan kepada orang tersebut, sontak kemudian orang itu memberikan kunci milik saya sambil menjelaskan bahwa saya telah lupa mengambil kunci sepeda motor pada saat saya membuka jok. Bapak tersebut berinisiatif mengambil kunci tersebut agar tidak diambil orang lain. Karena bapak tersebut tidak tahu sepeda motor itu milik siapa sehingga dia menunggu si empunya untuk menanyakan kunci tersebut.

Astaghfirullah, apa yang telah saya perbuat. Saya telah berprasangka sangat buruk kepada bapak tersebut. Padahal sebenarnya dia justru telah menolong saya. Dia memperhatikan sepeda motor saya semata-mata hanya ingin mengetahui siapa pemiliknya dan mencoba menjaga agar tidak diambul oleh orang lain. Dia menunggu sampai lama hanya ingin mengetahui siapa pemiliki sepeda motor dan kuncinya tersebut untuk dikembalikan.

Ya Allah ampuni aku dan berikanlah keberkahan dan ridhoMu kepada bapak itu. Berikan balasan kebaikan kepadanya. Kepada bapak yang baik hati terima kasih dan maaf sebesar-besarnya.